0

Pengalaman Pertama Mengajar (Bag.1)

Ilustrasi Gambar: Internet

Ilustrasi Gambar: Internet

Bagaimana kalau aku berkisah perihal pengalaman awal diri ku tatkala menjadi guru. Alhamdulillah aku telah menjadi seorang PNS, dimana aku mengikuti tes pada akhir tahun 2010 hanya beberapa bulan selepas aku di wisuda (Oktober). Aku sangat bersyukur sekali kepada Allah Ta’ala karena aku tak begitu mengalami bagaimana payahnya mencari pekerjaan. Kata orang “dunia pencari kerja itu kejam..” baru beberapa tahun kemudian aku yakin dengan pernyataan tersebut, setelah diamini oleh suami ku.

Aku mengikuti tes CPNS untuk wilayah Kabupaten Padang Pariaman dan lulus. Betapa senangnya hati ini, namun tatkala tahu dimana ditempatkan maka semangatkupun mulai mengendur. Papa, mama, dan kedua adikkulah yang menguatkan ku “Orang lain berpayah-payah untuk mendapatkan pekerjaan, terutama sekali untuk menjadi PNS. Sekarang Allah Ta’ala telah memberi kemudahan, kenapa mesti bersedih? Bukankah tak baik menolak rezki itu..?”

Aku diterima disebuah sekolah menengah pertama di Nagari Toboh Marunggai[1] tepatnya di Kecamatan Limo Koto Kampuang Dalam. Kecamatan ini dapat dimasukkan ke dalam wilayah terpencil karena letaknya yang jauh dari pusat pemerintahan, terdapat angkot[2] disini namun hanya satu-satu karena sepinya penumpang. Kata orang-orang angkot ini mulai beroperasi tak lama sebelum aku datang ke sini. Nagari Munggai ini keadaannya berbukit-bukit, dibalik bukit tersebut terdapat Nagari Maninjau di Kabupaten Agam. Ya.. nagari ini merupakan daerah perbatasan antara Kabupaten Padang Pariaman dengan Kabupaten Agam.

Aku mengajar di SMP 3 Limo Koto Kampuang Dalam, sekolah tempatku mengajar rupanya masih menumpang pada sebuah sekolah SD di nagari ini. Sekolah ini dikenal dengan julukan Esempe Satap[3] dikalangan masyarakat setempat. Namun pada masa sekang bangunannya telah baru, tepatnya pada tahun 2013 sekolah ini telah memiliki bangunan baru.

Penduduk disini kebanyakan bekerja sebagai petani, selain bertani sebagian penduduk disini tampaknya mewarisi bakat alam orang Minangkabau yakni berdagang. Terdapat banyak kedai-kedai kecil yang menjual makanan ringan disini, letaknyapun berdekatan.

Menurut cerita orang disini, sebelum adanya sekolah SMP ini, anak-anak mereka kebanyakan hanya tamatan SD sebab letak sekolah SMP sangat jauh dari kampung mereka. Namun setelah sekolah SMP didirikan, keadaan pendidikan anak-anak di sinipun ikut berubah. Mulai banyak yang melanjutkan sekolah mereka ke SMP. Adapun sekolah SMA ada di ibu kota kecamatan. Baca lebih lanjut