0

Cobaan Lepas Magrib

car-stuck-muddy-road-night-footage-118106233_iconl

Telfonku tak diangkat dan dia bersama si kecil belum tiba di rumah, padahal dia lebih dahulu berangkat tadi. Cemas memikirkannya dan rupanya tatkala aku susuri kembali jalan ke rumah kami, tampak oto yang dikendarainya tengah berhenti, dia dan beberapa orang kanak-kanak terlihat sibuk menggali tanah timbunan di tengah jalan. Oto kami terperosok, tak dapat maju ataupun mundur, bagi oto lain mungkin tak masalah namun bagi oto mungil dan rendah yang acap kami kendarai akan lain soalnya.

Rupanya sehari Ahad ini, orang-orang menimbun jalan masuk. Perumahan kami merupakan perumahan baru dimana jalannya masih dari tanah. Sering lanyah (becek) apabila hujan, berlubang, berbatu, dan berpasir apabila panas. Akibatnya jalan tanah tersebut agak gembur, hal ini diperparah dengan ditambahkannya batu besar, potongan beton yang kemungkinan sisa dari pembongkaran rumah. Akibatnya oto kecil kami itu terpuruk dan tersangkut.

Baca lebih lanjut

0

Membalas Kelicikan Tuan Kadhi

Pada suatu petang, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah perempuan tua penjual kahwa,[1] sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.

Perempuan tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menutup kitab mereka “Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu,” perintah Abu Nawas.

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Engku Guru mereka. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu membuat kejutan dan berada di pihak yang benar.

Pada malam harinya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh sang guru.

Baca lebih lanjut

0

Abu Nawas Menjadi Gila

Ayahanda Abu Nawas adalah Penghulu para Kadhi[1] Kekhalifahan Daulah Abbasiah[2] bernama Maulana. Pada suatu hari ayah Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggaI dunia. Abu Nawas dipanggil ke istana. Ia diperintahkan baginda khalifah untuk menyelenggarakan pemakaman jenazah ayahnya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana.

Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadhi[3] Maulana, baik mengenai tatacara memandikan jenazah hingga mengkafani, menshalati dan mendoakannya. Maka khalifah bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadhi atau penghulu menggantikan kedudukan ayahnya.

Namun, demi mendengar rencana sang khalifah. Tiba-tiba sahaja Abu Nawas yang cerdik itu tiba-tiba nampak berubah menjadi gila.  Usai penyelenggaraan pemakaman ayahnya. Abu Nawas mengambil sepotong batang kurma dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batang kurma itu sambil berlari-Iari dari kuburan ayahnya menuju rumahnya.

Baca lebih lanjut

0

Abu Nawas & Rumah Sempit

Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang ke rumah Abu Nawas. Lelaki itu hendak mengeluh kepadanya mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Dia sedih karena rumahnya terasa sempit karena ditinggali banyak orang.

“Tuan, aku memiliki seorang istri dan delapan anak, tapi rumahku begitu sempit. Setiap hari, mereka mengeluh dan merasa tak nyaman tinggal di rumah. Kami ingin pindah dari rumah tersebut, tapi tidak mempunyai uang. Tolonglah katakan padaku apa yang harus kulakukan,” kata lelaki itu.

Mendengar hal itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejak. Tak berapa lama, sebuah ide terlintas di kepalanya.

Baca lebih lanjut

0

Menantang Hujan

Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana oleh Abu Nawas, yang atas kecerdikannya, mendapat izin dari baginda. Semenjak saat itu pula baginda ingin menangkap Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara. Sudah menjadi hukum bagi siapa saja yang tidak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi ia akan mendapat hukuman.

Baginda tahu Abu Nawas amat takut kepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Khalifah Harun Al Rasyid

berburu beruang. Abu Nawas merasa takut dan gemetar tetapi ia tidak berani menolak perintah Baginda.

Dalam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yang cerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa hormat Abu Nawas mendekati Baginda.

Baca lebih lanjut